Situs Rujukan

Senin, 20 Juli 2015

Cerai #3 || Antara 8 dan 20, kami pilih masing-masing saja ya mah, beh ?



Terdengar suara hentakan kaki yang semakin mendekat, ketukan pintu oleh kepalan tangan menandakan tergesa-gesa. Berdebar dibuatnya, ku pikir itu depkolektor, ternyata itu suara babeh, seksi memang suaranya, bak suara iklan di tv yang mengajak mama pulang “mamah, mau ikut?”. Namun dalam kasus ini, di ganti menjadi “cen, hayu tarawih”, silahkan bayangkan sendiri dengan imajinasi dan kreasi masing-masing.

Kami sekeluarga selalu mengadakan tarawih bersama di rumah, babeh selalu menjadi imam. Otoritasnya sebagai kepala keluarga selalu membuat dia ingin menjadi gardu terdepan dalam pendidikan keluarga, terutama soal agama. Ibu juga begitu, dua duanya memang hebat, selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun ibu lebih perfeksionis, babeh lebih toleran. Ibu selalu menginginkan yang sempurna, babeh apa adanya, kami sebagai anaknya hanya bisa ternganga dan mengusap ngiler yang daritadi mulai menetes melihat orang tua kami mengadu kekerenan. *becanda

Bila diluar disana masih ribut soal jumlah rakaat dalam sholat tarawih, ada yang memecahkan rekor hanya 10 menit untuk 23 rakaat, atau paling lama untuk 11 rakaat. Intinya sih, dua duanya juga ibadah, punya dasar yang kuat untuk keduanya, dan boleh-boleh saja. Sehingga tak perlu dipaksakan untuk orang yang ingin 11 harus 23, atau yang 23 harus 11.

Begitupun dikeluargaku. Ayahku selalu 23, ibuku ngotot ingin 11, namun kerennya mereka menyampaikan mengenai dasar dari masing-masing perlakuan. Biasanya disampaikan sebelum tarawih, babeh mengawali ceramah dulu, dengan dimoderatori oleh ibu. Padahal audiensnya hanya berdua, aku dan kakakku, tapi mereka begitu mempersiapkan ceramah seperti disambut oleh ratusan audiens. Orang tuaku memang begitu orangnya.

Pilihan babeh untuk 23 rakaat memang berdasarkan atas perkataan para sahabat atas tindakan rasulullah SAW dalam setiap tarawihnya, disamping ya beberapa mahzab yang dianut babeh yang belum aku mengerti betul hingga hari ini.
Begitupun dengan ibu, bersikukuh dengan 11 rakaat yang diperintah pula oleh rasul dan dicontohkan. Sehingga babeh dan ibu tak pernah sama dalam pelaksanaan tarawih. Lalu bagaimana dengan anak-anaknya?

Kakakku mengikuti ayah, dan aku mengikuti ibu. Bukan karena dipaksa oleh masing-masing pemahaman. Namun, babeh dan ibu memiliki daftar buku bacaaan dan cerita bebas dibaca oleh kami di rumah, begitupun dengan film dan novel lain, disediakan untuk memperkaya pengetahuan kami soal agama.

Melihat perbedaan pemahaman antara babeh dan ibu, babeh membagi tarawih menjadi masing-masing 4 rakaat, hingga ibu dan aku bisa berhenti di rakaat ke 11 dan mengakhiri tarawih kami, kakak dan babeh melanjutkan hingga rakaat 23. Kebiasaan ini sudah berlangsung dari kami kecil. Babeh dan ibu tak pernah memaksa kami untuk mengikuti salah satu dari mereka, yang paling penting kata mereka, bila anak-anaknya tak ada yang mengikuti kami (babeh dan ibu-red) satu pun. Dalam artian, tidak ibadah, tidak berbakti, tidak mencintai tuhan dan rasulnya. Hal tersebutlah yang akan menjadi masalah dan perdebatan dalam keluarga, bila hanya mengenai perbedaan mahzab, kami hargai sebagai upaya pencerdasan intelektual sebagai manusia.

Kami yakini, bahwa manusia tidak bodoh, hingga mereka tak patut oleh doktrinisasi satu arah, tak belajar sendiri, tak mencari sendiri, hanya disuapi. Biarkan mereka mencari pengetahuan sendiri namun tetap diberikan jalur, diberikan jalan agar tidak tersesat. Pada intinya, semua hal itu harus didapat dengan esensi belajar tanpa paksaan, hingga akhirnya akan mencintai dengan sepenuhnya, dengan tulus.

Orang tuaku justru tak menginginkan bila anak-anaknya hanya ikut-ikutan seperti kerbau. Beragama islam ikut-ikutan karena keturunan, puasa dilakukan karena mayoritas dan kebiasaan.  Orang tuaku mengajarkanku bahwa dalam beragama dan berkehidupan, kamu harus punya alasan dan dasar. Mengapa kamu sholat? Karena kamu paham mengenai perintah dan artinya. Jangan hanya menjalankan secaa ritual, tidak paham esesni. Jadinya nanti kalo ada yang ngobrak ngabrik pikiran dan mengomporimu untuk membunuh, akan gampang menurut, wong kamu aja gak paham apa yang kamu jalani.



0 komentar:

Posting Komentar